Aksi Damai Kamisan, Aksi Melawan Diam

Kamisan adalah aksi damai sejak 18 Januari 2007 dari para korban maupun keluarga korban pelanggaran HAM di Indonesia. Mereka adalah korban '65, korban Tragedi Trisakti dan Semanggi '98, korban tragedi Rumpin, dan korban pelanggaran HAM lainnya. Setiap Hari Kamis Pukul 16.00 hingga 17.00 di depan Istana Presiden, mereka berdiri, diam, berpakaian hitam, dan berpayung hitam bertuliskan berbagai kasus pelanggaran HAM. Mereka juga mengirimkan surat kepada presiden, menggelar spanduk, foto korban, dan membagikan selebaran untuk para pengguna jalan. Hitam dipilih sebagai lambang keteguhan duka cita mereka yang berubah menjadi cinta kasih mereka pada korban dan sesama, payung sebagai lambang perlindungan, dan Istana Presiden sebagai lambang kekuasaan. Ketika hak hidup keluarga tidak mendapat perlindungan dari negara, Tuhan akan melindunginya.

Kamis 8 Maret 2012 lalu akhirnya saya berkesempatan mengikuti Kamisan di depan Istana Presiden. Sebenarnya tidak tepat di depan istana tetapi di seberang istana. Di depan istana dikelilingi kawat berduri dan tentara-tentara berwajah siaga jika ada yang mendekati istana sehingga tak mungkin aksi ini berlangsung tepat di depannya. Sampai disana yang terlihat beberapa mahasiswa dan pendemo yang sudah lanjut usia. Mereka berdiri di depan foto-foto korban pelanggaran HAM dan sebuah spanduk "AKSI DIAM MELAWAN IMPUNITAS" sambil memegangi payung hitam bertuliskan anti pelanggaran HAM. Beberapa dari mereka melalui perjalanan panjang menggunakan kendaaraan umum untuk mengikuti aksi ini. Hati saya merinding.

Saya beranikan diri berkenalan dengan sosok ibu kurus, berambut putih, berbusana hitam-hitam, bernama Ibu Sumarsih. Ibu Sumarsih adalah Ibu dari Wawan, mahasiswa yang ditembak sniper pada saat kerusuhan '98. Dengan ramah ia menerima saya dan menjawab pertanyaan saya mengenai sejarah aksi Kamisan. Walaupun saya yakin pertanyaan itu sudah ratusan kali ditanyakan kepadanya, namun ia menjawab dengan antusias, dengan sangat detail, dengan mata berbinar-binar. Dan walaupun sampai Kamis ke-249 tak pernah satupun ditanggapi oleh SBY, walaupun 194 surat tak pernah satupun dibalas oleh SBY, namun tak ada sedikitpun dari ucapannya yang terdengar pesimis. Dari jawabannya terdengar sekali bahwa ia yakin suatu hari nanti perjuangannya akan berhasil.

Hari ini, Kamis 15 Maret 2012, Kamisan ke-250. Angka yang cantik untuk diperingati. Dibantu dari berbagai tokoh dan aktivis, hari ini mereka masih berusaha memohon kepada presiden untuk menanggapi mereka, menindak para pelanggar HAM, membantu mereka mendapatkan keadilan. Semoga Kamis ke-250 ini SBY membuat sejarah keadilan yang baru di Indonesia: melawan diam.

PS: Saat saya menuju Istana Presiden, saya salah turun halte busway dan dibohongi ojek. Jadi saya harus jalan cukup jauh dan sempat jatuh hingga ditolong bapak-bapak :| Setelah itu saya bertemu kucing yang lucu sekali. Saya ikuti dia untuk saya foto. Saya tidak sadar saya memasuki area istana, membuat beberapa tentara istana kaget kenapa ada cewek bodoh berani memasuki istana. Padahal saya ga sadar itu istana. Untung saya ga ditembak. Namun semua kejadian aneh itu terbayar setelah bertemu Ibu Sumarsih, Pak Bejo, Pak Boediono, dan Ibu Neneng. Saya harus kesana lagi.