Social

Aisenodni

Saya sedih hidup di negara ini. Negara dengan bangsa yang berbudaya terbalik-balik. Setiap hari semakin banyak list budaya Indonesia yang semakin terbalik dari yang seharusnya. Bagaimana negara ini akan dikagumi oleh rakyatnya sendiri apabila selalu menyimpang?

Kebebasan

Kebebasan semacam berargumen dengan orang tua atau gurunya, memiliki pemikiran lain mengenai agama, atau berfikir kreatif walau nakal, adalah tabu dan dilarang keras dalam budaya kita. Namun budaya kita membebaskan kita mengusik kebebasan kehidupan orang lain. Bertanya, "agamamu apa?", "Sudah sholat belum? Lho kok nggak sholat?", "Orang tua kerja dimana?", "Ih kok gitu sih! Dosa kamu!", "Kok belum menikah? Kan sudah umurnya?", "Oh orang tuanya dosen? Pantes masuk UGM!" Kebebasan yang seharusnya tabu justru menjadi budaya yang lumrah dan kental di Indonesia.

Peras Pedagang, Bantu Pengamen

Bangsa ini sangat menghormati dan membantu para pemalas dan peminta: pengamen, tukang parkir, dan pengemis (pengemis anak atau yang muda dan sehat). Namun bangsa ini sangat pelit dan melecehkan mereka yang berusaha keras mencari nafkah: menawar sadis ongkos becak dan dagangan di pasar, galak terhadap sopir, menghina pembantu, dsb. Ada apa dengan logika bangsa ini? Kenapa yang berusaha justru kita peras dan hina, namun para pemalas justru dibantu dan dikasihi?

"Kembali ke masing-masing individu saja"

Quote ini saya dapat saat berdebat politik dengan seseorang. Saya rasa quote itu tidak tepat jika ditujukan untuk topik perdebatan kita. Politik adalah masalah bersama, jadi kembali ke masing-masing individu sama saja memperparah keadaan politik. Jika semua orang berfikir politik untuk masing-masing individu, maka semua orang akan egois dan memikirkan diri sendiri. Namun sebaliknya, berdebat agama di tengah bangsa kita adalah masalah bersama bukan individu. Orang lain boleh menentukan "Dia dosa karena mencat rambut" atau "Ia dosa karena orientasinya berbeda dengan kepercayaan kami." Bukannya memberikan hak  untuk kembali ke diri masing-masing individu sendiri.

Ketiga hal di atas cukup memperkuat keresahan saya terhadap Indonesia. Namun negara ini sedang labil, sedang belajar, sedang butuh rakyatnya untuk saling membangun. Saya akan membenci diri sendiri jika hanya menyalahkan Indonesia saja. Saya ingin membantu Indonesia mulai dari detik ini. Ada yang mau ikut? Sini saya gandeng. :)

#PeduliMerapi

Untuk yang ketiga kalinya saya, Ajeng, Muthia, Adel, Claradevi, dan Nadda, menggalang dana dari teman-teman Twitter dll untuk membelanjakan kebutuhan pokok bagi mereka yang membutuhkannya. Kali ini kami tujukan untuk para korban letusan Gunung Merapi. Kami akan mengumpulkan sumbangan dari anda (barang atau uang), lalu kami belanjakan sumbangan anda khusus yang dibutuhkan para korban, lalu kami salurkan langsung ke pengungsian, khususnya pengungsian yang belum banyak bantuan.

Ingin ikut menyumbang? Anda bisa mempercayakan sumbangan anda kepada kami. Bantuan dapat melalui melalui: BNI 0168487901 Muthia Pramudhita, BCA 0372772750 Ajeng Ayu, Mandiri 1370005709783 Ajeng Ayu, Paypal theclaradevi@gmail.com

Akan ada livetweet di acc Twitter kami (@mistymimit, @anglaina, @claradevi, @muuuthia, @adeladelia), mengenai kegiatan kami membelanjakan sumbangan dari anda, begitu pula livetweet kegiatan kami menyalurkan sumbangan ke pengungsian korban Merapi. Check hashtag #PeduliMerapi

Untuk info lebih lanjut bisa hub email saya: dianpmita@live.com :)

Update:

Hingga tanggal 22 November 2010 telah terkumpul sumbangan sebesar -+ Rp. 94.660.000,-

Posko dan pengungsian yang sudah kami salurkan bantuan: Desa Sewukan, Wonokerto, Srumbung, Kepurun, Kentungan, Pogung, GOR UNY, Rusunawa Sanata Dharma, Gelanggang Mahasiswa UGM, SMA Vanlith Muntilan, dll.

Bantuan yang sudah kami belanjakan berupa nasi bungkus, selimut, pampers, pembalut, mie instant, celana dalam, susu bayi, makanan bayi, handuk, matras, tikar, peralatan mandi, alat masak, snack, dll.

Tindakan Mbah Maridjan Kurang Bijak

Saya kurang bersimpati dengan tindakan Mbah Maridjan (BUKAN ORANGNYA). Beliau adalah panutan warga di daerah berbahaya. Namun memberi contoh tindakan yang tidak sesuai keadaan sehingga menimbulkan korban nyawa, itu bukan panutan yang semestinya.

Ini bukan 100% salah Mbah Maridjan. Namun Mbah Maridjan salah satu yang kurang bijak, selain kurangnya edukasi mengenai bencana kepada warga dan ketegasan dari pemerintah terhadap tindakan Mbah Maridjan dan warganya yang tidak mau turun ke daerah yang lebih aman.

Jika ada yang mengatakan ini amanah dan kepercayaan, lalu darimana kah itu? Saya serius bertanya, kepercayaan apa yang menyuruh manusia tetap tinggal di daerah yang positif berbahaya? Tuhanku, Allah SWT, sangat menyayangi umatnya yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah years of research, bukan hasil pikiran ketika duduk termenung. Pengetahuan mengenai gunung meledak sehingga warga harus mengungsi sesegera mungkin karena berbahaya (dapat menimbulkan luka bakar dan sesak napas bahkan meninggal) adalah sesuatu yang harus kita patuhi, bukan sepelekan.

Mbah Maridjan memang tidak mengajak warganya untuk ikut mengekori dirinya yang tetap tinggal di daerah positif berbahaya, tapi beliau adalah panutan. Tanpa harus mengajak warganya, panutan tetap menjadi panutan untuk diikuti warganya. Panutan tetap tinggal, maka pasti ada pengikutnya yang turut tinggal. Padahal ini bukan tetap tinggal di sembarang daerah, ini tetap tinggal di daerah positif berbahaya. Itu masalahnya. Lagipula, jika ada 1 orang pun yang tidak mau dievakuasi karena kepercayaannya, apakah kita akan mendiamkannya saja dari keadaan berbahaya itu? Saya menjunjung tinggi perbedaan kepercayaan. Namun jika suatu kepercayaan itu menimbulkan korban nyawa, saya tidak bisa memakluminya lagi, saya harus membantu menghentikannya, dan ingin menunjukkan hal ini tidak boleh ditiru lagi.

Membahas orang yang sudah meninggal memang tidak baik. Tapi membahas tindakan orang yang sudah meninggal untuk menjadi pelajaran bagi kita ke depannya itu perlu. Bukankah Tuhan menyukai kita yang menyukai pelajaran? :)

PS: Rest In Peace for Mbah Maridjan

Blogger Jogja Berpesta

Dulu nenek saya memiliki seorang sahabat pena tapi tak pernah bertemu. Sekarang, saya memiliki ratusan sahabat blog dan sebuah pesta akbar mempertemukan kami! Sahabat yang sudah saling mengenal namun tak pernah bertemu, maka pertemuan pertama akan selalu menjadi moment yang menggairahkan.

Namun tidak semua pesta mampu membuat pertemuan para sahabat ini hangat menggairahkan. Pesta yang meriah adalah saat seluruh tamu menikmati acara. Gabungan antara hidangan, venue, dan keramah-tamahan tuan rumah tidak selalu menciptakan kemeriahan jika tuan rumah tidak memberi kesempatan kepada para tamunya bebas melakukan apa yang mereka inginkan di pesta itu tanpa harus didikte jadwal acara.

Pesta Blogger 2010 telah berhasil menciptakannya. Pesta ini menyediakan hidangan khas Jogja, tari dan musik unik, venue yang luas dan apik, keramah-tamahan, wall of fame, dan yang terpenting waktu luang untuk kita berpesta sesuka kita! Kita tidak perlu mendengarkan pidato atau presentasi yang terlalu panjang, kita tidak perlu menjalani pesta dengan kaku. Yang kita lakukan adalah bebas mengobrol, tertawa, ramai berfoto bersama di wall of fame, hingga berjoget bersama dengan para penari Tlatah Bocah. Pesta Blogger 2010 berhasil menjadi fasilitator pertemuan para sahabat yang menciptakan kenyamanan, kehangatan, dan kebebasan.

Terima kasih PB Jogja for the enjoyable time you gave us! Jogja, sampai jumpa lagi di pesta kita! :)

Fitna

Geert Wilders.

I'm sure you guys already watch FITNA, a 2008 short film by Dutch parliamentarian Geert Wilders. This 15 minutes movie is about how worried Wilders is if Islam is getting stronger. He describe how Islam is full of sarcasm, full of killing, terorist, etc. He described it like he knows what Islam is, just because he read Al Quran.

I'm sure you guys already watch the news, how Indonesian Muslims are mad to Wilders and do such a brutal thing: burning the Netherland's flag.

If I can write a letter to anybody, I'll write it to Geert Wilders and all Muslims in this whole world.

Dear Geert Wilders,
Al Quran is not that easy to understand. We have to read it from first to last. Not just read one paragraf or two then make a conclusion. It's not that simple. Al Quran is a very sophisicated religion. It is hard but it is beautiful. No body can understand this if they doesn't know anything about Islam. What you have made is a hate. You want to make a war that the world doesn't need it.

And to all muslims,
This is not a big deal. It's just a movie. We all know that our religion is not that bad. So why should we angry about it? Just take it easy and show the world that we're not like the movie. We love peace and we respect other religion. If we go down to the street do demonstration, burn Netherland's flag, use bad words to mock Geert, and go brutal, it will make other religion really think that we are as bad as the movie, even we know we're not.